ramadhan Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup dan Setan Dibelenggu

Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup dan Setan Dibelenggu

Diposting pada

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385). Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Arna’uth)

Oleh karenanya, para ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika Ramadhan akan datang. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata,

ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﺴَّﻠَﻒُ : ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻧَﺎﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ

“Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.” (Latha’if Al-Ma’arif, hlm. 232).

Begitulah seharusnya sikap seorang mukmin pada setiap kabar gembira dari Rasulullah. Termasuk pada kabar gembira yang lainnya, seperti akan berkuasanya umat Islam yang kekuasaannya meliputi timur hingga barat. 

Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup dan Setan Dibelenggu

Dalam sebuah hadits disebutkan: 

حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي أَنَسٍ مَوْلَى التَّيْمِيِّينَ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair, ia berkata: Telah menceritakan kepada saya Al Laits, dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, ia berkata: Telah mengabarkan kepada saya Ibnu Abu Anas, maulanya at-Taymiyyiin bahwa bapaknya menceritakan kepadanya bahwa dia mendengar Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu jahannam ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu”. (HR. Bukhari no. 1766).

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah dibukanya pintu-pintu langit (surga), ditutupnya pintu jahannam dan dibelenggunya syaitan. Apakah makna hadits di atas adalah makna majaz (kiasan) atau hakikat? Para ulama mengatakan bahwa hadis di atas mempunyai dua kemungkinan makna, majaz dan hakikat.

Jika dimaknai majaz: pintu surga dibuka sebagai gambaran bahwa pahala dari Allah di bulan Ramadhan sangat melimpah sehingga menjadi motivasi bagi para hamba-Nya untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya. Pintu jahannam (neraka) ditutup sebagai gambaran bahwa ampunan dan maaf dari Allah di bulan Ramadhan sangat melimpah sehingga mendorong para hamba-Nya untuk banyak bertaubat dan meminta ampun. Sedangkan para syaitan dibelenggu sebagai gambaran bahwa Allah mempersulit syaitan untuk menggoda para hamba-Nya di bulan Ramadhan. Syaitan menjadi lemah karena di bulan Ramadhan sebagian besar kaum muslimin sedang semangatnya beribadah dengan banyak membaca Al-Qur’an, berpuasa sebulan penuh, tarawih sebulan penuh, bersedekah, zakat fitrah dan ibadah lainnya.

Jika dimaknai secara hakikat: Pintu surga benar-benar dibuka, pintu neraka benar-benar ditutup dan para syaitan benar-benar dibelenggu. Semua itu terjadi dalam rangka memuliakan bulan Ramadhan. Timbul pertanyaan, jika syaitan benar-benar dibelenggu, mengapa masih banyak orang yang masih tidak puasa, tidak shalat dan bermaksiat di bulan Ramadhan? Jawabnya adalah karena mereka yang bermaksiat di bulan Ramadhan adalah karena pengaruh syaitan masih kental di dalam diri mereka walaupun syaitan sedang dibelenggu. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang dibelenggu hanyalah pemimpinnya para syaitan. Wallahu A’lam

Ust. Yuana Ryan Tresna
Mudir Mahad Khadimus Sunnah Bandung